Archive for Juni 2014

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN DENGAN VAKUM EKSTRAKSI

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN
DENGAN VAKUM EKSTRAKSI









Oleh:
RAUDATI HELDAYANI
P07120112199

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2014

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA                        : RAUDATI HELDAYANI

NIM                            : P07120112199

JUDUL                       : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN DENGAN VAKUM EKSTRAKSI









                                                                                                Banjarbaru,       Juni 2014


Mengatahui,

Pembimbing Lahan,                                                                Pembimbing Akademik,






LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN
DENGAN VAKUM EKSTRAKSI


A.    Konsep Dasar Perdarahan Post Partum
1.      Definisi

Ektraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum ( ventouse ) dari malmstrom.
Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1; 331)
Ekstraksi Vacum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. (Maternal dan Neonatal; 495)
Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip anatara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vacum ekstraktor. (Sarwono; Ilmu Kebidanan; 831)
Ekstraksi Vacum adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor. (Standar Pelayanan Kebidanan; 60)
Alat yang umumnya digunakan adalah vacum ekstraktor dari malmstrom. Prinsip dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian akan timbul caput secara artifisial dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Pengaturan tekanan harus diturunkan secara perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum.

2.      Etiologi
1.      Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
2.      Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
3.      Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
4.      Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanya hipoksia.

3.      Kontraindikasi
1.      Letak muka (kerusakan pada mata)
2.      Kepala menyusul
3.      Bayi premature (tarikan tidak boleh keras)
4.      Gawat janin

4.      Keunggulan dan Kerugian Vakum Ekstraksi
1.      Keunggulan Ekstraksi Vakum
a.       Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
b.      Tidak diperlukan narkosis umum
c.       Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir
d.      Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
e.       Trauma pada kepala janin lebih ringan (Rustam Mochtar, 1999).
2.      Kerugian Ekstraksi Vakum
a.       Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
b.      Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
c.       Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara. (Rustam Machtar, 1999).

5.      Teknik Vakum Ekstraksi
Ekstraktor vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-kepala. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikit-dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang ¬kepala, kepala janin sudah sampai hodge II tetapi belum sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi sefalopelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang diperlukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm (Cuningham F, 2002).
Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi dengan cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin (Mansjoer Arif, 1999).Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai di dasar panggul, dan persentase muka setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan pemeriksaan dengan seksama (jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau seluruh tangan ke dalam vagina) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk melahirkan kepala. Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam (Mansjoer Arif, 1999).

6.      Syarat Tindakan Ekstraksi Vakum
a.       Pembukaan 7 cm atau lebih
b.      Kepala di Hodge II-III
c.       Tidak ada disproporsi kepala panggul
d.      Konsistensi kepala normal
e.       Ketuban sudah pecah atau dipecahkan

7.      Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum
a.       Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
b.      Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
c.       Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
d.      Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
e.       Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
f.       Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
g.      Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur

8.      Kegagalan
Ekstraksi vacum dianggap gagal jika:
a.       Kepala tidak turun pada tarikan.
b.      Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit,
c.       Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.
d.      Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan. Jangan lanjutkan jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.
9.      Penyebab Kegagalan
a.       Tenaga vacum terlalu rendah
b.      Tekanan negatif dibuat terlalu cepat.
c.       Selaput ketuban melekat.
d.      Bagian jalan lahir terjepit.
e.       Koordinasi tangan kurang baik.
f.       Traksi terlalu kuat.
g.      Cacat alat, dan
h.      Disproporsi sefalopelvik yang sebelumnya tak diketahui.

10.  Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum
a.       Terhadap Ibu
1)      Trauma persalinan
·      Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup
·      Robekan perineum yang lebih luas.
2)      Perdarahan
·      Robekan jalan lahir
·      Atonia uteri
3)      Infeksi
b.      Terhadap Anak
1)      Luka-luka pada kulit kepal.
2)      Cephal haematoma
3)      Caput succedaneum
4)      Perdarahan atau kerusakan otak
5)      Asfiksia
6)      Trauma langsung pada bagian janin tempat cup vakum


B.     Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
a.       Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain
b.      Riwayat kesehatan :
1)      Riwayat kesehatan dahulu: riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2)      Riwayat kesehatan sekarang: keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3)      Riwayat kesehatan keluarga: adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.

c.       Riwayat obstetrik
1)      Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
2)      Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
3)      Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
·         Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta
·         Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
·         Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
4)      Riwayat Kehamilan sekarang
·         Hamil muda, keluhan selama hamil muda
·         Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
·         Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari
·         Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
·         Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Mochtar, 1990)
·         Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
·         Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

2.      Pemeriksaan Fisik
Hal pemenuhan KDM
1)      Aktivitas /istirahat
·         Klien melaporkan adanya kelelahan
·         Klien melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan atau tehknik relaksasi
·         Adanya letargi
2)      Sirkulasi
·         Tekanan darah meningkat  5-10 mmHg  diantara kontraksi atau lebih.
3)      Integritas Ego
·         Respon emosional dimana klien mengalami kecemasan akibat persalinan yang dialami.
·         Klien kelihatan gelisa.
·         Klien kelihatan putus asa
4)      Eliminasi
·         Adanya keinginan berdefekasi pada saat kontraksi, dosertai tekanan intra abdomen dan tekanan uterus.
·         Dapat mengalami rabas vekal saat mengedan
·         Distensi kandung kemih
5)      Nyeri atau ketidak nyamanan
·         Klien kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak terkontrol.
·         Timbul amnesia diantara kontraksi
·         Klien mengatakan nyerinya tidak mampu ia control.
6)      Pernapasan
·         Terjadi peningkatan pernafasan.
7)      Seksualitas
·         Cairan amnion keluar
·         Pembukaan belum penuh/penuh
·         Janin tidak maju

3.      Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon fisiologis persalinan
b.      Resiko tinggih trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama
c.       Resiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi maternal
d.      Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan
e.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomi
f.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
  
4.      Rencana Keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon fisiologis persalinan
Kriteria hasil : klien mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
Intervensi :
1)      Kaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi
Rasional : sentuhan dapat bertindak sebagai destruksi, memberikan dukungan untuk tenaga dan dorongan serta dapat membantu mempertahankan penurunan nyeri
2)      Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus
Rasional : mendeteksi kemajuan dan mengamati respon uterus normal
3)      Informasikan klien awitan kontraksi
Rasional : klien dapat tidur dan atau mengalami amnesia parsial diantara kontraksi ini dapat merusak kemampuannya untuk mengenali kontraksi saat kontraksi mulai dan dapat berdampak negative pada kontrolnya
4)      Beri lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu redup, dan tidak petugas yang tidak dibutuhkan
Rasional : lingkungan yang aman menimbulkan, memberi kesempatan optimal untuk istirahat dan relaksasi diantara kontraksi
5)      Tinjau ulang/berikan intruksi dalam tehknik pernafasan sederhana
Rasional : mendorong relaksasi dan memberi klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.


b.      Resiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama
Kriteria hasil : Menunjukkan DJJ dalam batas normal, variabilitas baik, tidak ada deselarasi.
Intervensi :
1)      Kaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas, perubahan periodic dan frekuensi dasar. Periksa DJJ diantara kontraksi dengan menggunakan doptone. Jumlahkan selama 10 menit, istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi selama 10 menit. Lanjutkan pola ini sepanjang kontraksi sampai pertengahan diantaranya dan setelah kontraksi
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas yang dilebih-lebihkan, bradikardia dan takikardia, yang mungkin disebabkan oleh stress, hipoksia, asidosis, atau sepsis
2)      Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan  intrauterus bila tersedia
Rasional : tekanan istirahat lebih besar dari 30 mm Hg atau tekanan kontraksi lebih dari 50 mm Hg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos.    
3)      Identifikasi factor-faktor maternal seperti dehidrasi , asidosis, ansietas, atau sindrom vena kava.
Rasional: Kadang-kadang prosedur sederhana (seperti membalikkan klien keposisi rekumben lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus  dan plansenta serta dapat mencegah atau memperbaiki  hipoksia janin.
4)      Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang.
Rasional: kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat dari ruang intravilos.
5)      Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan satura cranial). Tinjau ulang hasil ultrasonografi.
Rasional: Menentukan pembaringan janin, posisi , dan presentasi dapat mengidentifikasi factor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
6)      Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vertebralis iskial. 
Rasional: Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam untuk primipari atau kurang dari 2 cm/jam untuk multipara, dapat menandakan CPD atau malposisi.
7)      Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi pada klien PKA.
Rasional: Resiko cedera atau kematian janin/neonatal  meningkat dengan melahirkan per vagina bila presentasi selain verteks.
8)      Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila janin pada presentasi kening,kening dan dagu.
Rasional: Presentasi ini meningkatkan risiko CPD, karena diameter lebih besar dari tengkorak janin masuk ke pelvis (11 cm pada kening atau presentasi wajah, 13 cm pada presentasi dagu.

c.       Resiko tinggi maternal berhubungan dengan disfungsi maternal.
Kriteria hasil: menyelesaikan kelahiran  tanpa komplikasi.
Intervensi :
1)      Lakukan pemeriksaan vagina steril untuk menentukan persiapan dan kematangan serviks dan posisi janin, ulangi sesuai indikasi dengan reaksi klien
Rasional: Penonjolan lunak,parsial, pemeriksaan berulang menentukan kemajuan persalinan, tetapi untuk menghindari infeksi harus di batasi seminimal mungkin
2)      Periksa TD dan nadi setiap 15 menit.
Rasional: Mengkaji kesejahteraan ibu dan mendeteksi terjadinya hipertensi dan hipotensi.
3)      Palpasi fundus untuk mengevaluasi frekuensi dan durasi kontraksi observasi stimulasi berlebihan. Catat intensitas tonus istirahat diantara kontraksi jika kateter digunakan.
Rasional: Pemantauan uterus eksternal menandakan frekuensi, bukan intensitas dari kontraksi. Stimulasi yang berlebihan menyebabkan rupture uterus dan pelepasan plasenta premature.
4)      Pantau masukan dan keluaran. Ukur berat jenis urin , palpasi kandung kemih.
Rasional: Penurunan resiko infeksi atau memberikan deteksi dini terjadinya infeksi adanya kandungan mikonium, menandakan distress janin.
5)      Perhatikan adanya kram abdomen, pusing,mual/muntah, adanya letargi, hipotensi dan takikardi.
Rasional: Intoksikasi air dapat terjadi tergantung pada kecepatan atau jenis cairan yang diberikan.
6)      Bantu sesuai kebutuhan dengan pemasangan kateter intra uterus.
Rasional: Pemantauan internal secara adekuat memperbanyak intensitas dan frekuensi kontraksi dan membantu mengidentifikasi stimulasi berlebihan dan kemungkinan rupture uterus karena pemberian oksitosin berlebihan.
7)      Observasi pencegahan yang aman berhubungan dengan penggunaan infus dan memberi label  yang tepat pada larutan oksitosin.
Rasional: Kesalahan atau fluktuasi dalam kecepatan pemberian dapat menyebabkan obat yang diberikan kurang atau berlebihan mengakibatkan tidak adekuatan kontraksi atau terjadi ruptur uterus.

d.      Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan
Kriteria hasil : klien mengatakan ansietas dapat diatasi, dapat rileks dengan situasi persalinan.
Intervensi :
1)      Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbal
Rasional : mengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu, ansietas yang berlebihan meningkatkan persepsi nyeri dan dapat mempunyai dampak negative terhadap hasil persalinan.
2)      Beri dukungan professional intrapartu kuntinu, informasikan kepada klien bahwa ia tidak akan ditinggal sendirian
Rasional : rasa takut dapat semakin berat sesuai kemajuan persalinan.
3)      Anjurkan tehknik pernapasan dan relaksasi
Rasional : membantu dalam menurunkan ansietas dan persepsi terhadap nyeri dalam korteks serebral, menigkatkan rasa control.
4)      Pantau DJJ dan tekanan darah ibu
Rasional : ansietas yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan endrokrin, dengan kelebihan pelepasan epineprin dan nonepineprin, meningkatkan tekanan darah dan nadi
5)      Evaluasi pola kontraksi/kemajuan persalinan.
Rasional : meningkatkan intensitas kontraksi uterus, dapat meningkatkan masalah klien tentang kemampuan pribadi dan hasil persalinan, selain itu meningkatkan epineprin, dapat menghambat aktivitas miometrium. Stres yang berlebihan menguras glukosa sehinggah pembentukan ATP menurun untuk digunakan dalam kontraksi
6)      Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi ( bila tekanan darah       tinggi pada penerimaan ulangi prosedur dalam 30 menit untuk mendapatkan pembacaan tepat saat klien rileks )
Rasional : stress mengaktifkan system adrenokortikol hipopisis-hipotalamik yang meningkatkan retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan ekskresi kalium, kehilanhkan kalium dapat menurunkan aktivitas miometrik.
7)      Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut.
Rasional : stress, rasa takut mempunyai efek yang dalam pada proses Persalinan dan menambah lamanya persalinan, dimana terjadi ketidakseimbangan epineprin dan nonepineprin yang dapat meningkatkan disfunsi pola pole persalinan.

e.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomy
Kriteria hasil : menunjukkan luka bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak pebris dan mempunyai aliran lokhial kateter normal
Intervensi :
1)      Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi  pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti persalinan lama yang menggunakan alat mekanis.
Rasional : membantu mengidentifikasi factor-faktor resiko yang dapat mengganggu kebutuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi kecenderungan klien terkena infeksi.
2)      Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat adanya menggigi, anoreksia dan malaise
Rasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 0c dalam 24 jam pertama menandakan adanya infeksi.
3)      Kaji lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem
Rasional : fundus yang awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari, kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini atau terjadinya nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan tahanan jaringan plasenta/infeksi
4)      Catat jumlah dan bau rabas lokheal atau perubahan pada kamajuan normal dari rubra menjadi serosa
Rasional : lokia secara normal mempunyai bau amis namun pada endometasis akan berbau busuk, mungkin gagal menujukkan kemajuan normal dari rubru ke serosa sampai ke alba
5)      Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan adanya nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, atau adanya laserasi.
Rasional : diagnosa dini dari infeksi local dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus
6)      Kaji tanda-tanda ISK atau sistitis
Rasional : gejala ISK nampak pada hari kedua sampai dengan ketiga postpartum karena naiknya infeksi ke traktus uretra, kekandung kemih dan kemungkinan ke ginjal
7)      Berikan antibiotic spectrum luas, sampai laporan kultur / sensitifitas dikembalikan kemudian ubah terapi sesuai indikasi
Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran darah. Pilihan antibiotic tergantung pada sensitifitas organisme penginfeksi.

g.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat
Intervensi
1)      Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istrahat. Catat lama persalinan dan jenis kelamin
Rasional : persalinan dan kelahiran lama akan sulit khususnya jika terjadi malam hari peningkatan tingkat kelelahan
2)      Kaji factor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat.organisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra. Anjurkan untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan, berikan lingkungan yang tenang
Rasional : membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan ransang, jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi dapat memperpanjang proses perbaikan pasca partum
3)      Memberikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai asi.
Rasional : kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan repleks secara psikologis.
4)      Berikan obat-obatan misalnya analgesic.
Rasional : mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan.
5)      Anjurkan pembatasan jumlah dan lamanya waktu kunjungan

Rasional : kelelahan berlebihan dapat diakibatkan dari penggunaan waktu kunjungan yang sering dan teman-teman yang berarti.

- Copyright © Catatan Mahasiswa - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan - Published by Responsive blogger Templates-